Pengaruh Stres Terhadap Prestasi Belajar Mahaisswa
PENGARUH STRES
TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
NUR RAHMAH
ABDULLAH/1771302019
ABSTRAK
Stres
merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidak sesuaian antara situasi
yang diiginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu. Stres
terjadi apabila stresor tersebut dirasakan dan dipersepsikan sebagai ancaman
sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan awal dari gangguan kesehatan
fisik dan psikologis. stress seseorang
sangat mempengaruhi terhadap belajar, karena Stress merupakan kondisi
psikis yang disebabkan oleh berbagai perasaan yang bersifat positive maupun
negative terhadap suatu hal. Stres dapat diatsi dengan cara Biasakan rapi, sedikan waktu untu mengatur barang
dan buku buka anda agar anda bisa berkonsentrasi pada hal hal yang lebih
penting karena tidak perlu, bebaskan diri dari penyebab stres,menjaga kesehatan
mental.
Kata Kunci :
Stres, Prestasi belajar, Mahasiswa
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah
saya yang berjudul “Pengaruh Stres terhdap Prestasi Belajar” dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Adapun
tujuan penulisan karya ilmiah ini untuk memenuhi tugas Karya Tulis Ilmiah.
Dalam penulisan karya ilmiah ini saya banyak mendapat tantangan dan hambatan
yang Alhamdulillah dapat saya selesaikan dengan baik.
Saya
menyadari karya tulis saya masih belum sempurna baik itu dari penulisan, gaya
bahasa, serta dari ilmu yang saya peroleh. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan adanya kritikan dan saran yang diberikan oleh ibu/bapak dosen.
Saya perharap karya tulis yang saya buat bisa bermanfaat bagi dunia pendidikan
khususnya para mahasiswa.
BAB I
A.
Pendahuluan
Sebagai seorang mahasiswa yang tidak lepas dari
kegiatan proses pembelajaran yang menuntut sebuah hasil yang memuaskan sebagai
prestasi atas apa yang telah dilakukan. Tekanan yang diberikan kepada para
mahasiswa untuk memperoleh hasil yang memuaskan dalam kegiatan pembelajaran
sering kali membuat ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan seorang
mahasiswan untuk memenuhinya. Sehingga, para mahasiswa sering gagal untuk
memperoleh hasil yang sesuai pada proses kegiatan pembelajaran.
Robbins
(2001) menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang menekan keadaan
psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Meningkatnya hasil yang
harus dicapai oleh para mahasiswa dari tahun ke tahun membuat tingkat stres
semakin tinggi.
Stres
yang terjadi pada mahasiswa terjadi kerena seorang mahasiswa gagal dalam
menuntaskan mata kuliah atau sulitnya memahami mata kuliah tertentu, sehingga
diharuskan mengulang dan tertinggal mata kuliah tersebut. Selain itu, kondisi
dan juga nilai prestasi yang rendah dapat menyebabkan seorang mahasiswa
mengalami stres.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
pada karya tulis ini, adalah sebagi berikut:
1.
Apa yang
menyebabkan stres pada mahasiswa?
2.
Bagaimana dampak
tingkatan stress terhadap prestasi belajar mahasiswa?
3.
Bagaimana cara
mahasiswa agar dapat mengatasi stres yang dialami?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
penelitian pada karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
apa yang menyebabkan stres pada mahaiswa?
2.
Untuk mengetahui
bagaimana dampak tingkatan stress terhadap prestasi belajar mahasiswa?
3.
Untuk mengetahui
bagaimana cara mahasiswa agar dapat mengatasi stres yang dialami?
D.
Manfaat
Penelitian
ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1.
Memberikan
informasi tentang apa yang menyebabkan stres pada mahasiswa.
2.
Memberiikan
informasi tentang bagaimana dampak tingkatan stres terhadap prestasi belajar
mahasiswa
3.
Memberikan
informasi tentang bagaimana cara mahasiswa agar dapat mengatasi stres yang
dialami?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Stres
Stres merupakan suatu kondisi yang
disebabkan adanya ketidak sesuaian antara situasi yang diiginkan dengan keadaan
biologis, psikologis atau sistem sosial individu (Sarafino 2006). Agolla dan
Ongori (2009) jika mendifinisikan stres sebagai persepsi dari kesenjangan
antara tuntutan lingkungan dan kemampuan individu untuk memenuhinya. Menurut
Santrock (2003) stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian
yang memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang
untuk menanganinya (coping).
2.2
Jenis Jenis Stres
Dari penelitian yang dikutip timesofindia.com,
terdapat tiga jenis stres yang kerap menyerang, yaitu:
1.
Stres kimia:
merupakan jenis stres yang ditimbulkan oleeh beberapa reaksi dari konsumsi
alkohol, rokok, makanan dan minuman berpengawet yang dikonsumsi secara rutin.
2.
Stres fisik:
stres jenis ini terjadi karena berbagai keadaan. Seperti kecelakaan, posisi
yang tidak tepat saat tidur, atau terlalu lama beraktivitas didepan komputer.
3.
Stres emosional
: stres ini tidak bisa disembuhkan dengan obat medis. Karena stres ini
berhubungan dengan rasa marah atau frustasi yang seringkali menimbulkan stres.
Quick
dan Quick (2004) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres
yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal
tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan
dnegan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2.
Distress, yaitu
hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan
juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan
dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Salah
satu jrnis stres yang sering ditemukan dikalangan remaja ialah stresor
akademik. Stresor akademik diidentifikasikan dengan banyaknya tugas, kompetensi
dengan mahasiswa lain, kegagalan, kekurangan uang, relasi yang kurang antara
sesama mahasiswa dan dosen, lingkungan yang bising, sistem semester, dan
kekurangan sumber belajar (Angolla dan Ongori, 2009).
2.3.Tingkatan
Stres
a.
Fase peringatan
(the alarm phase), fase saat tubuh menggerakkan sistem saraf simpatik untuk
menghadapi ancaman langsung. Ancaman dapat berbentuk apapun, mulai dari
mengikuti tes yang materinya belum anda pelajari hingga melarikan diri dari
tugas yang tidak anda senangi.Seperti yang dibahas sebelumnya, pelepasan hormon
adrenal, yaitu hormon epinerfin dan norepinerfin, terjadi ketika suatu emosi
yang intens muncul. Hormon hormon ini menghasilkan lonjakan energi, ketegangan
otot otot, mengurangi sensivitas terhedap rasa sakit, menghentikan kerja sistem
pencernaan (sehingga darah dapat mengalir dengan lebih efisien ke otak, otot,
dan kulit) dan meningkatkan tekanan darah. Puluhan tahun sebelum Selye
mengungkapkan argumen ini, seorang psikolog bernama Walter Cannon (1929)
menggambarkan perubahan perubahan ini sebagai respon “fight of flight” (berjuang atau melarikan diri), istilah yang
hingga saat ini masih digunakan.
b.
Fase penolakan
(the restistance phase), fase saat tubuh berusaha menolak atau mengatasi
stresor yang tidak dapat dihindari. Selama fase ini, respon fisiologis yang
terjadi pada fase peringatan terus berlangsung, tetapi respons-respons tersebut
membuat tubuh mnejadi lebih rentan terhadap stresor-stresor lain. Ketika tubuh
anda telah dimobalisasi untuk mengatasi gelombang panas atau rasa sakit karrena
kaki anda patah, anda akan menyadari bahwa anda lebih mudah merasa terganggu
karena frustasi miror .Dalam sebagian besar kasus, tubuh pada akhirnya akan
beradaptsi terhadap stresor dan kembali ke kondisi mental.
c.
Fase kelelahan
(the exhaustion phase), fase saat stres berkelanjutan yang terus menguras
energi tubuh sehingga meningkatkan kerentanan terhadap masalah fisik dan
penyakit. Reaksi yang sama, yang memungkinkan tubuh merespons tantangan secara
efektif pada fase peringatan dan penolakan akan merugikan apabila berlangsung dalam
jangka panjang. Otot otot tegang dapat mengakibatkan sakit kepala dan sakit
leher. Peningkatan tekanan darah dapt mengakibatkan tekanan darah tinggi
kronis. Jika proses pencernaan yang normal terganggu atau berhenti untuk waktu
yang lama, maka akan muncul gangguan pencernaan.
BAB III
METODE
Data
karya tulis ini dikumpulkan melalui berbagai referensi yang dikaji oleh penulis
baik berasal dari jurnal, buku ataupun media online.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Belajar
ialah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasikan sejumlah perubahan dalam pengetahuan dan
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Dari pengetian tersebut sangat jelas
tingkat stres seseorang sangat berpengaruh terhadap belajar, karena stres
merupakan kondisi psikis yang disebabkan oleh berbagai perasaan yang bersifat
positive atau negatif terhadap suatu hal. Contohnya rasa takut, khawatir,
cemas, tertekan dan merasa tidak aman. Perasaan perasaan tersebut merupakan
hasil dari olah pikiran yang ada dalam diri seseorang.
Seorang
mahasiswa yang mengalamai stres dengan pelajarannya umumnya dikarenakan dengan
perasaan negatif terhadap
pelajarannya. Khawatir jika pelajarannya tidak selesai dengan didline yang
diberikan. Cemas jika hasil belajarnya jelek. Takut apabila prestasinya rendah.
Dan merasa tidak aman jika dirinya akan dihukum jika berbuat salah. Semua
perasaan negatif itu merupakan hasil dari olah pikir. Rasa khawatir muncul dari
suatu pikiran yang menyatakan bahwa sesuatu tidak dapat berjalan lancar
seagaimana mestinya. Rasa cemas merupakan hasil dari pikiran yang menyatakan
hasil kerja sekarang belum maksimal sehingga memiliki celah untuk dikritik.
Rasa takut timbul karena pikiran difokuskan pada hal yang tidak diinginkan,
bukannya pada hal yang diinginkan, dan rasa tidak aman adalah hasil pikiran
logis-normatif bahwa setiap kesalahan pasti ada hukumannya.
Menurut
Brannon & Feist (2007) dan Myres (1996), stres dapat berasal dari tiga
sumber, yaitu:
1.
Katastrofi, adalah kejadian
besar yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi, misalnya
bencana alam dan perang.
2.
Perubahan
kehidupan seseorang dapat memicu terjadinya stres. Misalnya perceraian,
kematian orang yang dicintai, dan kehilangan pekerjaan.
3.
Kejadian
sehari-hari yang dapat menimbulkan stres misalnya jadwal kerja yang padat, lalu
lintas yang macet, dan antrian yang panjang di kasir, loket, atau bank.
Menurut Rasmun (2004), stresor adalah
variabel yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab timbulnya stres.
Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh.
Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh.
Stres terjadi apabila stresor
tersebut dirasakan dan dipersepsikan sebagai ancaman sehingga menimbulkan
kecemasan yang merupakan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis.
Beberapa jenis stresor adalah sebagai berikut:
- Stresor
biologik. Stresor biologik dapat berupa bakteri, virus, hewan, binatang,
tumbuhan, dan berbagai macam makhluk hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Tumbuhnya jerawat, demam, dan digigit binatang dipersepsikan dapat menjadi
stresor dan mengancam konsep diri individu.
- Stresor
fisik. Stresor fisik dapat berupa perubahan iklim, suhu, cuaca, geografi,
dan alam. Letak tempat tinggal, demografi, jumlah anggota dalam keluarga,
nutrisi, radiasi, kepadatan penduduk, imigrasi, dan kebisingan juga dapat
menjadi stresor.
- Stresor
kimia. Stresor kimia dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh. Contoh
stresor yang berasal dari dalam tubuh adalah serum darah dan glukosa
sedangkan stresor yang berasal dari luar tubuh misalnya obat, alkohol,
nikotin, kafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran
lingkungan, bahan-bahan kosmetika, bahan pengawet, pewarna, dan lain-lain.
- Stresor
sosial dan psikologik. Stresor sosial dan psikologik misalnya rasa tidak
puas terhadap diri sendiri, kekejaman, rendah diri, emosi yang negatif,
dan kehamilan.
- Stresor
spiritual. Stresor spiritual yaitu adanya persepsi negatif terhadap
nilai-nilai ketuhanan.
4.2.Dampak Pengaruh Tingkat Stress Seseorang Dalam Belajar
Belajar ialah suatu aktifitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap.
Dari Pengertian belajar di atas sangat jelas
tingkat stress seseorang sangat mempengaruhi terhadap belajar, karena Stress
merupakan kondisi psikis yang disebabkan oleh berbagai perasaan yang bersifat
positive maupun negative terhadap suatu hal. Contohnya adalah rasa takut,
khawatir, cemas, tertekan, dan merasa tidak aman. perasaan-perasaan tersebut
merupakan hasil dari olah pikiran yang ada dalam diri seseorang.
Seorang mahasiswa yang mengalami stress dengan pelajarannya umumnya
dikarenakan perasaan negative terhadap pelajarannya. Khawatir jika pelajarannya
tidak selesai sebelum deadline yang diberikan. Cemas jika hasil belajarnya
jelek. Takut apabila prestasinya rendah. Dan merasa tidak aman jika dirinya
akan dihukum karena berbuat salah. Semua perasaan negative itu merupakan hasil
dari olah pikir. Rasa khawatir muncul dari pikiran yang menyatakan bahwa
sesuatu tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Rasa cemas merupakan hasil
dari pikiran yang menyatakan bahwa hasil kerja sekarang belum maksimal sehingga
memiliki celah untuk dikritik. Rasa takut timbul karena pikiran difokuskan pada
hal yang tidak diinginkan (ditolak), bukannya pada hal yang diinginkan
(sukses). dan Rasa tidak aman adalah hasil pikiran logis-normatif bahwa setiap
kesalahan pasti ada hukumannya.[1][6]
Tingkatan
Stress seseorang terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1.
Stres tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling ringan, dimana tingkatan
ini biasa juga dikatakan fase alrm pada stress, Pengaruh stress sesorang dalam
belajar pada tingkat ini menuju kearah positive. Gejala stress pada tingkat ini
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
a. Semangat besar
b. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya
c. gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih
dari biasanya.Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lalu bertambah
semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.
2. Stress Tingkat 2
Dalam tahapan ini dampak stress yang
menyenangkan mulai menghilang dan timbul perasaan jenuh. Timbulnya perasaan
jenuh atau bosan desebabkan karena hilangnya motivasi dan kehilangan
konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa itu sampai
pada tingkat keterampilan berikutnya.[2]
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan diantaranya Merasa letih sewaktu bangun
pagi, Merasa lelah sesudah makan siang,Merasa lelah menjelang soare hari,
Terkadang gangguan dalam system pencernaan (gangguan usus, perut
kembung),kadang-kadang pula jantung berdebar-debar. Perasaan tegang pada
otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher),Perasaan tidak bisa santai.
Orang yang mengalami stress pada
tingkat ini akan menujukan penurunan konsentrasi, perhatian dan kemuduran
memori. Keadaan ini akan menyebabkan kesalahan dalam memecahkan masalah dan
penurunan kemampuan dalam merencanakan tindakan. Dampak lain mengakibatkan
semakin banyak tuntutan permasalahan pada orang yang mengalami stres, kondisi
ini menyebabkan ketindakmampuan menjalin hubungan dengan orang lain dalam
menghadapi stress, individu lebih sensitif dan cepat marah, Mereka juga sulit
untuk rileks, merasa tidak berdaya.
3. Stress tingkat 3
Pada tingkat ini seseorang menjadi
keletihan pada fungsi fisik dan psikologis sehingga keadaan individu itu sangat
lemah sebagai akibat kerusakan selama fase perlawanan. Ketidakmampuan dalam
mengatasi tuntutan lingkungan yang dirasakannya berakibat timbulnya keletihan
yang merupakan bagian dari tahap kepayahan dimana seseorang dapat dikatakan
telah mempunyai masalah kesehatan yang serius, tidak adanya minat lagi dalam
belajar dan beraktifitas, cenderung bersikap sinis terhadap individu lain, dan
tak jarang pada tingkat ini individu itu akan mengalami depresi. Sehingga menyebabkan
terganggunya segala aktifitas individu itu, baik dalam belajar, bersosial dan
sebagainya.
4.3 Cara mengatasi stres
Cara 1:
a.
Belajarlah
mengulur waktu dengan baik, mulailah membuat jadwal untuk membereakan tugas
yang menumpuk agar lebih mudah dilakukan.
b.
Biasakan rapi,
sedikan waktu untu mengatur barang dan buku buka anda agar anda bisa
berkonsentrasi pada hal hal yang lebih penting karenan tidak perlu.
c.
Belajar lebih
awal, dapat membuat pikiran anda tidak terlalu lelah.
d.
Bagilah kegiatan
belajar menjadi beberapa kegiatan kecil yang mudah dilakukan.
e.
Jangan suka
mengulur waktu.
f.
Bersikap
realistis
Cara
2:
a.
Mencari tahu
penyebab stres
b.
Bebaskan diri
dari penyebab stres
c.
Berbicara pada
konselor
d.
Biasakan
berfikir positif
e.
Sediakan waktu
untuk melakukan kegiatan yang anda sukai.
Cara
3:
a.
Menjaga
kesehatan mental
b.
Cukup tidur
c.
Biasakan berolah
raga teratur.
d.
Sisihkan waktu
untuk melakukan relaksasi.
e.
Sempatkan
bersenang senang.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Stres merupakan sesuatu yang seringkali
dialami oleh mahasiswa dalam menempuh pendidikan yang disebabkan karena
tingginya tuntuntan akademik , stresor akademik diidentifikasikan dengan
banyaknya tugas, kompetensi dengan mahasiswa lain, kegagalan, kekurangan uang,
relasi yang kurang antara sesama mahasiswa dan dosen, lingkungan yang bising,
sistem semester, dan kekurangan sumber belajar (Angolla dan Ongori, 2009),
seringkali mahasiswa juga tidak bisa
menemuka penyebab stres yang dialami serta bagaimana cara mengatasi stres yang
dialami sehingga mengalami stres yang berkepanjangan.
5.2. Saran
Dalam pembuatan karya ilmiah ini, saran
dari penulis kepada pembaca yang membaca karya ini adalah agarr kalian yang
membaca dapat mengetahui pentingnya stres yang kalian alami dan jangan pernah
mengabaikannya. Buatlah stres yang dialami menjadi jenis eustress, yaitu hasil
dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif
(bersifat membangun).
DAFTAR PUSTAKA
Wade,Tvris,Garry.Psikologi.2014.Jakarta:Erlangga
DavidG.Myres.ExploringPsychologi.2010.NewYork:41.Madison.Avinue
Komentar
Posting Komentar